Thursday, September 14, 2023

Story #12



Ternyata tidak menjadi siapa-siapa untuk orang lain lebih menenangkan hati, dicari hanya saat dibutuhkan, dianggap teman hanya saat memberi keuntungan.

Aku coba tutup sosial media beberapa minggu ini, mencari nyaman untuk diriku saja disaat rehat dari kewajiban pemenuhan kebutuhan hidup, komunikasi hanya dengan keluarga dan sahabat dekat dan obrolan biasa tanpa ada yang penting. 

Found out that, aku hanya dicari saat dibutuhkan tenaga dan pikiran, nobody asking me "are you okay" or "feeling exhausted about the day right?"

Some people just not save my number, and i just felt that i was not that important for them, people that i thought they care for me.

lesson learned that jangan ge-er, aku tidak sepenting itu, dan jangan terlalu maksimal dalam pekerjaan, jangan menjadi ada saat dibutuhkan, be rebellious, jadilah orang yang bomat because eventually, nobody cares for me sincerely...

Thursday, May 04, 2023

Story #11

 



Ngobrol sama Bapak disuatu pagi

"ini kalo nge-dak sampai depan udah berapa ya biayanya" tanya Bapak. "Kenapa dulu rumah sebelah nggak sekalian di-dak ya biar sama, mungkin masih murah"

"Dulu nge-dak ini kurang lebih abis 65 juta pak, dulu masih gampang cari uangnya" timpal aku

"Kamu itung-itung emangnya?". "Iya pak, diitung jadi buat patokan ngebangun sekarang". "kamu itung segitu, kalo bapak mau, yang bapak keluarin udah nggak keitung"

Aku diam, iya memang yang aku keluarkan nggak sebanding dengan apa yang sudah bapak keluarkan. Ada beberapa hal yang memang harus disimpan sendiri, karena satu hal yang besar buat kita adalah hal yang nggak ada apa-apanya untuk orang lain.

** mungkin di dalam hati bapak : "Baru abis segitu aja wes shuoomboong"

Hehehe...


Story #10

 



Aku masuk ke toko itu dengan antusias, berharap ada lah satu atau dua barang yang aku bawa pulang. Setengah jam aku lihat-lihat belum ada yang sreg, harga - corak. Dan aku lihat dia di tempat item termahal yang ada disitu..

"Gimana yang ini, bagus nggak? Belum punya nih motif kayak gini. Cocok pasti buat seragam hari Rabu"

Aku mengangguk saja tapi memang bagus dan mahal dan cocok untuk dia. Akhirnya dua ite, dia ambil masuk ke keranjang. Tak lama dia bicara padaku, mungkin karena dia lihat aku belum ambil apa-apa.

"Coba deh kamu kesana" ujarnya. "Disana ada yang harga 20 ribu, 25 ribu, 30 ribu..."

Iya ternyata aku salah tempat, seharusnya memang aku disisi yang ini, ditempat harga termurah bukan ditempatmu sekarang berdiri.

Akhirnya keluar toko tanpa aku membeli apapun.


Story #9





"Itu, aku minta nomor sahabat kamu aja deh, aku mau wa-an. Bisa kali aku ama dia" ujarmu (bergurau), aku hanya menanggapi dengan senyum dan kata-kata seadanya.

-- Last Night --

"Harusnya aku yang nonton sama sahabat kamu, udah kamu pulang aja" candamu lagi, entah kenapa aku jadi baper dan kukirim foto sahabat aku dan bilang, "Nih, ini kan yang kamu mau"

dan kamu gak suka, tersinggung. Kamu nyadar nggak sih, aku yang paling sebel ngadepin sikap kamu, tapi akhirnya aku juga yang terakhir minta maaf dan cuma centang biru aja tanpa ada jawaban dari kamu...

Makin kesini aku berfikir, nggak seharusnya aku marah, yang betul adalah harusnya aku NGACA, sadar diri, sudah seperti apa kamu anggap kamu sekarang. 

Bukan minta maaf yang harus aku lakukan, tapi .... menyingkir dari jalanmu.. 



Story #12

Ternyata tidak menjadi siapa-siapa untuk orang lain lebih menenangkan hati, dicari hanya saat dibutuhkan, dianggap teman hanya saat memberi ...