Wednesday, November 13, 2019

#1

Pramuka Raya, Akhir Juni 2004 ..

Dihembus angin kering musim kemarau, aku duduk di halte bus tidak jauh dari kantor, menunggu metromini yang sudah kurang layak sebenarnya untuk disebut angkutan umum, tapi apalah daya, itu satu-satunya kendaraan murah meriah di rute kantorku.



Penat benar kepalaku, sungguh hectic kantor hari ini, kedatangan big boss sudah membuat semuanya blingsatan, apapun dipermasalahkan, setiap yang kami kerjakan salah, meskipun bila itu benar… selalu kembali ke Pasal 1 – “big boss is always right”….
Yaaaahhhh, Nature Law

Jam 16.45… satu, dua, aku melewatkan metromini di depan ku, “tidak… belum….” Aku berujar dalam hati. “Sebentar lagi…”  

Jam 17.05.. “well, finally…”

Ya, jam 5 lewat sedikit, dia selalu menunggu di halte seberang jalanku. Dia, lelaki itu, lelaki biasa saja, perawakan sedang, sederhana, dalam jaket biru dongker. Tidak ada yang special on the look, tapi senyum itu, tidak bisa aku lupakan.

Yap, suatu sore bulan lalu, tidak sengaja mata kami bertemu, tak lama, hanya 2 menit, dan dia tersenyum padaku, tanpa alasan, just a little smile to me… cukup membuat aku selalu menunggu disini tiap sore hanya untuk melihatnya.  Aku menikmati dia, dan aku sadar, dia tidak pernah tau atau mau tau tentang aku disini, tak apa, dengan melihatnya pun sudah mampu menghilangkan capek pikiran dan badanku selama seharian.

Dia selalu sendiri, dan hanya sibuk sendiri saja, sampai metromininya datang. Tak sampai 10 menit lah dia di halte itu, kadang bila aku beruntung, sedikit lebih lama aku bisa memandangnya..
Dan begitulah setiap soreku…

Tak lama, setelah lelaki itu pergi, akupun beranjak, didalam bis, aku berkhayal, “what is it like, if I could know his name. if one day we could at least meet, have a little talk…”

Kira-kira seperti apa ya, and it’s already make my day..


Story #12

Ternyata tidak menjadi siapa-siapa untuk orang lain lebih menenangkan hati, dicari hanya saat dibutuhkan, dianggap teman hanya saat memberi ...